Picture1

Pameran MANUSIA: Telur Setengah Matang: Merespon Isu Kehamilan Anak dengan Seni Ala Bali

DENPASAR – Suasana di gedung Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bali pada Senin (23/10) terlihat berbeda. Saat ini, terpasang sebuah gayor (dekorasi yang identik dengan acara pernikahan di Bali) yang terlihat berbeda karena ada bentuk telur putih yang memagari pintu, bahkan berada di tangan figur sang dewi.

Gayor tersebut merupakan salah satu karya seni yang dipajang dalam pameran bertajuk MANUSIA: Telur Setengah Matang. Melanjutkan seri pameran MANUSIA: Coming of Age yang pertama kali diadakan di Dharma Negara Alaya pada Mei lalu, pameran kali ini kembali mencoba untuk merespon isu-isu terkait kesehatan seksual dan reproduksi dengan cara yang berbeda. Dalam mempersiapkan pameran ini, PKBI Daerah Bali berkolaborasi dengan Gurat Institute, sebuah kolektif seniman Bali yang berfokus pada program riset, dokumentasi, pengkajian dan pengembangan kebudayaan (visual culture), melalui presentasi gelaran seni rupa dan karya-karya kolaboratif yang melibatkan lintas seniman.

“Fenomena kehamilan remaja ini dari dulu memang cukup tinggi di Indonesia, khususnya di Bali,” ujar Ni Luh Eka Purni Astiti, Direktur Eksekutif PKBi Daerah Bali. Pernyataan ini sejalan dengan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2017, dimana hampir 2 dari 3 perempuan usia 20-24 tahun yang menikah sebelum usia 18 tahun hamil pertama kali di bawah usia 18. Indeks Pembangunan Pemuda Tahun 2019 pun mencatat, proporsi remaja berusia 15–18 tahun di Provinsi Bali yang pernah menikah dan sedang hamil sebesar 23,40% tergolong relatif besar dan bahkan melebihi angka nasional (16,67%).

“Pameran ini adalah uji coba kami untuk membungkus edukasi bukan hanya ceramah, tapi juga informasi yang disampaikan melalui seni. Jadi kami juga menggaet stakeholder dan seniman yang mungkin sebelumnya jauh dari isu kesehatan reproduksi dan seksual,” lanjut Eka Purni. Menurutnya, seri pameran MANUSIA ini selalu diadakan untuk menanggapi data-data terkait dunia remaja termasuk soal bullying berbasis gender, kesehatan mental, kehamilan dan perkawinan remaja.

Sebagai kurator, Savitri Sastrawan dari Gurat Institute pun sempat merasa bahwa tema dan isu yang diangkat cukup berat. Namun, ia merasa senang karena pameran ini membuka kolaborasi  dengan seniman-seniman muda yang siap di-challenge untuk merespon tema. “Selama diskusi, kami juga mendengarkan PKBI terkait pesan apa yang ingin disampaikan di beberapa karya,” ceritanya.

Savitri pun menjelaskan, judul ‘Telur Setengah Matang’ sebenarnya terinspirasi dari sebuah film pendek berjudul sama yang disutradarai oleh seniman muda bernama Reni Apriliana. Di dalam film, simbolisasi remaja dengan telur pun dirasa cocok untuk menggambarkan situasi yang terjadi pada isu kehamilan dan perkawinan remaja. Disamping itu, Savitri mengajak beberapa perupa muda Bali baik individu maupun kelompok untuk berkarya berdasarkan narasi serta simbol lokal di Bali sendiri. “Simbol-simbol tentang janin, kehamilan, kehidupan, serta kemanusiaan kurasa seringkali diceritakan melalui Lukis Wayang Kamasan maupun pertunjukan Wayang Kulit,” jelasnya.

Pameran ini pun menampilkan tujuh karya dari seniman, komunitas dan organisasi yang berfokus pada isu perkawinan dan kehamilan remaja untuk merespon isu yang sama. Masih mempertahankan aspek kolaboratif dalam beberapa karyanya, PKBI Daerah Bali bekerja sama dengan Lentera Anak Bali (LAB), SOS Children’s Village, dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) lain untuk berkontribusi menciptakan Seruan Remaja, Suara Remaja, dan Cerita-Cerita Telur Setengah Matang.

Seruan remaja adalah karya fotografi yang melibatkan 23 orang dari berbagai usia dan latar belakang untuk memotret menggunakan teknik Photo Voices. Masing-masing fotografer diminta untuk mengambil gambar benda atau suasana apa yang mengingatkan mereka pada isu perkawinan dan kehamilan remaja. Walaupun terlihat sederhana, namun ternyata teknik fotografi ini mampu mengantarkan cerita-cerita terkait usaha pengguguran kandungan yang bahaya, kesehatan mental, bahkan pengalaman dari remaja itu sendiri yang sudah memiliki anak.

Menggunakan media yang berbeda, Suara Remaja pun adalah suatu karya yang melibatkan sejumlah Komunitas anak muda dan LSM di Bali dalam forum group discussion (FGD). Di dalam FGD tersebut, para peserta mendiskusikan dan merumuskan rekomendasi untuk merespon kasus kehamilan dan perkawinan remaja. Hasil FGD dirangkum dan dibuatkan Graphic Recorder dan akhirnya dipajang di pameran MANUSIA: Telur Setengah Matang. Terinspirasi dari proses, cerita, dan pengalaman peserta dari kedua karya di atas, Cerita-Cerita Telur Setengah Matang pun muncul sebagai sebuah karya di pameran ini. Karya ini adalah video berdurasi 9 menit berisikan testimoni, puisi, dan narasi dari teman terdekat dan ibu muda itu sendiri yang berkaitan dengan isu perkawinan dan kehamilan remaja.

Tak hanya itu, sentuhan seni khas Bali pun masuk sebagai respon seniman terhadap isu ini dan tercermin di karya Gayor Telur Setengah Matang, Rarekumara #2 dan #3, dan Life is Sacred (Fragmen of Bima Swarga). Gayor Telur Setengah Matang merupakan karya dari Raka Dalem Bernat yang menggunakan beberapa simbol dan objek dari cerita serta simbol kelahiran manusia dalam Wayang Bali dengan teknik ulatan dan penumpukan. Sebagai hiasan khas acara pernikahan, Gayor ini memberikan kesan menarik yang secara tak langsung menyiratkan pesan soal pernikahan muda lewat simbol-simbol  telur di sekitarnya.

Rarekumara #2 dan #3 adalah karya I Gede Sukarya yang terinspirasi dari cerita Tumpek Wayang atau dikenal dengan cerita Sapu Leger. Menggunakan tatahan kulit layaknya pertunjukan wayang, Sukarya mengekspresikan penampakan Rare Kumara berdenyut dalam perut ibu. Selanjutnya, Life is Sacred (Fragmen of Bima Swarga) dari kolektif Iluh Bali juga menceritakan kembali penggambaran Kerta Gosa dalam cerita Bima Swarga Wayang Kamasan. Iluh Bali pun menceritakannya kembali dengan kreasi visual mereka yang  mengekspresikan apapun yang menjadi pilihan seorang perempuan terhadap kandungannya, sudah seharusnya merupakan hak pilih perempuan tersebut dalam menjalani kehidupannya.

Terakhir, terdapat karya Klinik Bersalin dan Wall of Hope sebagai instalasi untuk merespon ruang PKBI Daerah Bali. Klinik Bersalin merupakan replikasi suasana dan ruang klinik yang dulunya dipakai oleh Klinik Catur Warga untuk meberikan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi kepada remaja, perempuan, dan keluarga. Setelah menikmati semua karya, pengunjung pun bisa ke ruang Wall of Hope dimana mereka bisa menggambar, melukis, dan menuliskan kesan pesannya sebebas mungkin. Pameran ini dilaksanakan pada 23-29 Oktober 2023 bertempat di gedung lantai 1 PKBI Daerah Bali

Share this post

Scroll to Top